
narwala.id--Pandeglang, 31 Mei 2025 — Satu hal yang selalu ditunggu dari sebuah pemerintahan baru adalah gebrakan: langkah awal yang meyakinkan, arah kebijakan yang jelas, dan perubahan yang bisa dirasakan. Tapi kini, seratus hari sudah berlalu sejak Bupati dan Wakil Bupati Pandeglang resmi dilantik pada 20 Februari 2025 – dan yang tersisa hanya tanya: ke mana arah Pandeglang sebenarnya dibawa?
Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pandeglang dan bagian dari rakyat yang hidup dan tumbuh di tanah ini, saya, Dian Ardiansyah, merasa perlu menyuarakan isi hati masyarakat yang makin hari makin sunyi dari perhatian pemimpin. Kritik ini bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk menyentakkan.
Kita hidup di tanah yang menjunjung tinggi pendidikan, namun hari ini justru membiarkan sekolah-sekolah rusak dan terabaikan. SDN Pasirsedang 2 Kecamatan Picung-sekolah dasar yang semestinya menjadi ruang tumbuh generasi-hingga hari ini belum memiliki gedung baru setelah terdampak proyek Jalan Tol Serang-Panimbang. Aktivitas belajar terpaksa dilakukan di gedung madrasah pinjaman, seadanya.
SDN Pasirkadu 1 Kecamatan Sukaresmi pun bernasib sama. Para siswa belajar di posyandu, di bawah atap yang bukan dirancang untuk mendidik, tetapi untuk sekadar berteduh. Anak-anak ini bukan statistik. Mereka adalah manusia kecil yang membawa masa depan Pandeglang. Ketika sekolah mereka tidak prioritas, itu berarti masa depan pun bukan prioritas.
Jika kita bicara soal kehadiran negara, maka lihatlah Cadasari-sebuah contoh kecil yang menyimpan luka besar. Warga di sana, karena terlalu lama menunggu janji perbaikan jalan, berinisiatif secara swadaya memperbaiki jalan rusak. Ada yang menyumbang batu, ada yang membawa semen, bahkan ada yang mengambil cuti kerja demi mengaspal jalan kampungnya sendiri.
Pertanyaannya sederhana: di mana pemerintah saat rakyat harus menambal luka yang dibiarkan terbuka? Kita tidak seharusnya memuji swadaya yang lahir dari kekecewaan. Kita seharusnya bertanya, mengapa sistem gagal merespons sebelum rakyat harus bertindak sendiri?
Seratus hari bukan waktu panjang, tapi cukup untuk membaca arah. Pemerintah daerah seharusnya sudah mampu memetakan masalah utama, menunjukkan komitmen, dan mengeksekusi program-program awal. Namun hari ini, yang banyak terlihat justru agenda-agenda seremonial, pembentukan tim, dan narasi “masih dalam proses”.
Jika dalam 100 hari pertama saja belum terlihat kemajuan berarti di sektor dasar seperti pendidikan dan infrastruktur, maka kekhawatiran kami atas 5 tahun ke depan tentu sangat beralasan.
Sebagai pemuda dan kader organisasi yang dilahirkan dari rahim perjuangan moral dan intelektual, kami tidak datang hanya untuk mencaci. Kami hadir untuk mengingatkan, menyodorkan saran, dan mendorong perubahan. Pemerintah daerah Pandeglang hari ini masih punya waktu, tapi tidak banyak. Roda kepercayaan publik berputar cepat, dan kekecewaan bisa tumbuh menjadi gerakan yang lebih besar.
Berikut beberapa langkah yang menurut kami harus segera diambil:
- Pembangunan Sekolah Prioritas: Segera relokasi dan bangun sekolah yang terdampak proyek tol. Jangan jadikan anak-anak sebagai korban keterlambatan administratif.
- Audit dan Perbaikan Jalan Darurat: Prioritaskan jalan-jalan yang rusak berat, seperti di Cadasari. Libatkan masyarakat dalam musyawarah, bukan dalam kerja paksa memperbaiki sendiri.
- Forum Evaluasi Terbuka: Adakan evaluasi kinerja terbuka 100 hari di ruang publik. Undang mahasiswa, pemuda, tokoh masyarakat, dan media. Biarkan rakyat mendengar langsung pencapaian, tantangan, dan rencana nyata ke depan.
- Libatkan Organisasi Pemuda sebagai Mitra Pemerintah: Bukan sebagai tamu undangan, tapi sebagai mitra kontrol dan pelaksana. HMI siap, jika diajak serius.
Bupati dan Wakil Bupati masih punya kesempatan. Tapi waktu bukan sahabat bagi mereka yang ragu. Pemimpin sejati bukan yang hanya menjanjikan perubahan, tapi yang mampu menerobos ketidakmungkinan dan memihak pada kepentingan rakyat, bukan kenyamanan jabatan.
Rakyat Pandeglang adalah rakyat yang sabar. Tapi kesabaran tidak boleh terus diuji. Jika rakyat sudah harus bergerak sendiri untuk menambal jalan dan mencari ruang belajar, maka itu artinya kepercayaan sedang menipis. Jangan tunggu habis, baru menyesal.