Tiga Ormas Besar Islam di Indonesia (Muhammadiyah, Mathla‘ul Anwar, dan Nahdlatul Ulama)

Bagikan

Kata Kunci: Muhammadiyah, Mathla‘ul Anwar (MA), Nahdlatul Ulama (NU), Ormas Islam, Pendidikan, Moderasi Beragama, Islam Indonesia

I. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Dalam perjalanan sejarahnya, umat Islam Indonesia telah mendirikan berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam yang berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam, membangun pendidikan, serta memperkuat sendi-sendi sosial dan kebangsaan. Tiga ormas Islam yang memiliki pengaruh besar secara nasional hingga saat ini adalah Muhammadiyah, Mathla‘ul Anwar (MA), dan Nahdlatul Ulama (NU).

Ketiganya lahir dari kebutuhan zaman dan dinamika sosial umat Islam, serta menjadi tiang penyangga utama dalam pembentukan karakter Islam Indonesia yang damai, moderat, dan berkemajuan. Artikel ini mengulas sejarah, visi, peran, serta perbandingan karakteristik dari ketiga ormas besar tersebut.

II. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

1. Muhammadiyah

Didirikan pada 18 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta, Muhammadiyah lahir sebagai bentuk respons terhadap praktik-praktik keagamaan yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Selain itu, Muhammadiyah juga hadir sebagai gerakan pembaruan Islam, yang menekankan pentingnya pendidikan modern, rasionalitas, dan amal usaha. Dalam konteks kolonial, Muhammadiyah berusaha membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan taklid buta.

2. Mathla‘ul Anwar (MA)

Mathla‘ul Anwar didirikan pada 10 Juli 1916 oleh KH Mas Abdurrahman di Menes, Pandeglang, Banten. Latar belakang pendirian ormas ini sangat erat dengan keprihatinan atas rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di pedalaman Banten. KH Mas Abdurrahman yang sejak kecil telah mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya KH Mas Jamal serta para ulama lokal, berpandangan bahwa pendidikan adalah kunci kebangkitan umat. Maka, Mathla‘ul Anwar didirikan sebagai gerakan pendidikan dan dakwah Islam yang inklusif dan memberdayakan masyarakat bawah.

3. Nahdlatul Ulama (NU)

NU lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya atas prakarsa KH Hasyim Asy’ari dan para ulama pesantren lainnya. Didirikan sebagai reaksi terhadap arus modernisme Islam yang dianggap mengabaikan tradisi dan kearifan lokal, NU hadir untuk mempertahankan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama‘ah (Aswaja) yang berbasis pada empat mazhab dan praktik keagamaan tradisional. NU menjunjung tinggi nilai tasawuf, budaya lokal, dan kehidupan pesantren yang menjadi ciri khas umat Islam Nusantara.

III. Visi Keorganisasian

  • Muhammadiyah memiliki visi menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui gerakan tajdid (pembaruan). Penekanan diberikan pada rasionalitas, pendidikan modern, dan pemurnian akidah. Juga mencakup berbagai hal untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan begitu, seluruh masyarakat muslim di Indonesia dapat menjalankan ajaran Islam yang sesungguhnya sesuai dengan syariat. Terutama syariat islam sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan. Secara etimologis, Muhammadiyah berasal dari bahasa arab, dari kata “Muhammad“ yaitu nama Nabi dan Rasul Allah terakhir. Muhammad itu sendiri berarti: yang terpuji. Kemudian mendapatkan tambahan “yah”, yang berfungsi menjeniskan atau membangsakan atau bermakna pengikut. Jadi Muhammadiyah adalah kelompok Pengikut Nabi Muhammad SAW.
  • Mathla‘ul Anwar mempunyai Visi mewujudkan masyarakat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan berwawasan kebangsaan serta berlandaskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin. Ormas ini bertujuan untuk memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara, khususnya dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.  Mathla’ul Anwar secara harfiah berarti “tempat munculnya cahaya” atau “sumber cahaya” dalam bahasa Arab. Istilah ini menyiratkan bahwa Mathla’ul Anwar diharapkan menjadi pusat penyebaran ilmu pengetahuan, nilai-nilai keislaman, dan pencerahan bagi masyarakat. 
  • NU mempunyai Visi untuk mewujudkan generasi Muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang cerdas, berkarakter, mandiri, dan berakhlakul karimah, serta maju dalam presentasi dan santun dalam pekerti. Secara lebih luas, NU juga memiliki visi peradaban untuk membangun peradaban yang lebih baik dan mulia bagi seluruh umat manusia, bukan hanya umat Islam. Nahdlatul Ulama (NU) secara harfiayah berarti “kebangkitan ulama”. 

IV. Peran dan Kontribusi dalam Berbagai Bidang

1. Pendidikan

Ketiga ormas ini membangun ribuan lembaga pendidikan, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Muhammadiyah terkenal dengan sekolah dan universitas modernnya (seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). NU dengan pesantren tradisional dan Universitas Nahdlatul Ulama. Mathla‘ul Anwar (MA) memiliki jaringan madrasah di berbagai daerah hingga perguruan tinggi yang bernama UNMA BANTEN.

2. Dakwah dan Sosial

Muhammadiyah menjalankan dakwah berbasis ilmu dan pelayanan sosial melalui rumah sakit, panti asuhan, dan lembaga filantropi. NU menguatkan dakwah kultural dengan pendekatan tasawuf dan budaya lokal. Sementara Mathla‘ul Anwar aktif berdakwah melalui majelis taklim dan pendidikan berbasis pesantren dan madrasah.

3. Kebangsaan dan Politik

Ketiganya turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan karakter bangsa. Muhammadiyah dan NU pernah memiliki partai politik, meskipun kini lebih memilih peran sosial-keagamaan. Mathla‘ul Anwar juga terlibat aktif dalam mengawal demokrasi, baik melalui jalur struktural maupun kultural, dengan semangat keumatan dan kebangsaan.

V. Perbandingan dan Ciri Khas Masing-Masing

AspekMuhammadiyahMathla‘ul AnwarNahdlatul Ulama (NU)
PendekatanModern, rasionalTradisional-modern, inklusifTradisional, kultural
Basis massaPerkotaan, pelajarPedesaan, rakyat bawahPedesaan, pesantren
Fokus utamaPendidikan dan pemurnianPendidikan dan dakwahTradisi dan pesantren
Tokoh PendiriKH Ahmad DahlanKH Mas AbdurrahmanKH Hasyim Asy‘ari

Ketiganya berbeda dalam pendekatan, namun satu dalam tujuan membentuk masyarakat Islam yang bermartabat dan berkontribusi pada peradaban.

VI. Tantangan dan Peluang di Era Kontemporer

Tantangan yang dihadapi ormas-ormas Islam saat ini sangat kompleks: mulai dari radikalisme, digitalisasi, disinformasi, hingga melemahnya nilai-nilai keislaman di tengah globalisasi. Namun, peluangnya juga besar. Ketiganya dapat bersinergi dalam memperkuat moderasi beragama, memperluas akses pendidikan Islam, dan menjadi pengawal moral serta demokrasi di Indonesia.

Kebangkitan generasi muda di lingkungan ormas juga memberi harapan baru. Inovasi berbasis teknologi, media dakwah digital, dan jejaring internasional adalah ruang baru yang bisa digarap bersama.

VII. Kesimpulan

Muhammadiyah, Mathla‘ul Anwar, dan Nahdlatul Ulama merupakan tiga pilar besar Islam Indonesia yang telah berperan penting dalam membentuk wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Meskipun memiliki perbedaan dalam metode dan pendekatan, namun ketiganya memiliki tujuan yang sama yaitu membangun umat dan bangsa yang beradab, adil, dan sejahtera. Kolaborasi, bukan kompetisi, adalah jalan terbaik agar ketiganya terus relevan di masa depan dan mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Islam yang luhur.

Aceng Murtado : Penulis, Pengajar dan Pemerhati Studi Islam Interdisipliner

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments