Pancasila Sebagai Etos, Bukan Sebagai Monumen

Bagikan

Oleh: Agus JUbaedi

Agus Jubaedi

narwala.id–Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Momentum ini bukan hanya pengingat sejarah, tetapi juga cermin untuk melihat sejauh mana nilai-nilai Pancasila telah membumi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, di tengah hiruk pikuk politik, krisis sosial, dan tantangan global, kita perlu bertanya: apakah Pancasila masih menjadi ideologi yang hidup atau sekadar simbol yang usang atau hanya menjadi bahan jualan politik?

Pancasila: Fondasi yang Rapuh?

Sebagai dasar negara, Pancasila memuat nilai-nilai luhur seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut semestinya menjadi landasan dalam setiap kebijakan publik, etika politik, hingga kehidupan sosial masyarakat. Namun pada realita hari ini menunjukkan bahwa korupsi, intoleransi, ketimpangan sosial, dan pelemahan demokrasi justru makin mencolok. Ironisnya, semua itu terjadi di tengah banyaknya pernyataan “kami pancasilais”.

Fenomena ini menunjukkan adanya degradasi ideologis. Pancasila kerap dikampanyekan secara simbolik, tetapi tidak diimplementasikan secara substansial. Ia menjadi jargon politik dan alat legitimasi kekuasaan, bukan nilai yang dianut dan diamalkan dalam kehidupan nyata.

Pancasila Bukan Monumen, Tapi Pesan Gerakan

Pancasila tidak boleh direduksi menjadi seremonial peringatan belaka. Ia harus hadir dalam kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat kecil, dalam sistem hukum yang adil, dalam pendidikan yang membebaskan, serta dalam solidaritas sosial yang merata. Pancasila harus menjadi gerakan sosial dan kebudayaan—bukan monumen beku yang hanya dikagumi tetapi tak disentuh realitas.

Kebebasan berpendapat, perlindungan terhadap minoritas, dan pemerataan kesejahteraan adalah manifestasi dari Pancasila yang sesungguhnya. Maka, peringatan Hari Lahir Pancasila semestinya menjadi momentum untuk menagih komitmen kolektif: pemerintah, masyarakat sipil, dan individu untuk menjadikan Pancasila sebagai etos hidup, bukan sekadar etalase yang di tata namun jauh pada relita.

Penutup

Sudah saatnya kita kembali memaknai Pancasila bukan hanya sebagai warisan sejarah, tetapi sebagai panduan etis dan moral dalam setiap pengambilan keputusan. Hari Lahir Pancasila bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dihidupi. Sebab bangsa besar bukan hanya yang mengenang sejarahnya, tetapi yang mampu merawat dan menghidupkan nilai-nilai yang dibagun para pendiri bangsa baik di masa kini dan masa depan.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments