Oleh: Aceng Murtado, (Direktur R-KPU)

narwala.id – LEBAK, 13 Juni 2025, Tepat seratus hari sudah Bupati Lebak Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya dan Wakil Bupati Amir Hamzah menjabat sejak pelantikan. Namun, masa awal kepemimpinan keduanya justru dibayangi sorotan tajam publik. Hasil polling yang dilakukan secara daring di IG Info Rangkas Bitung menunjukkan mayoritas masyarakat belum merasakan dampak nyata dari kebijakan dan program kerja mereka.
Dari 2.000 responden yang mengikuti polling hingga pukul 21:07 WIB, sebanyak 94 persen menyatakan tidak puas terhadap kinerja Hasbi-Amir, sementara hanya 6 persen yang menyatakan puas, dan sisanya belum memilih.
Menanggapi fenomena ini, Aceng Murtado, akademisi asal Lebak yang dikenal aktif dalam kajian sosial dan politik lokal, menilai bahwa masa 100 hari pertama adalah titik penting dalam membentuk persepsi publik terhadap pemimpin daerah.
“Seratus hari kerja Hasbi-Amir adalah momentum masyarakat Lebak untuk menilai perjalanan pemimpinnya. Ini bukan sekadar angka, tapi representasi harapan publik akan perubahan yang nyata. Masyarakat Lebak harus berani bersuara dan menyampaikan evaluasi secara terbuka terhadap pemimpin yang saat ini sedang memegang kekuasaan,” tegas Aceng saat dihubungi oleh redaksi.
Aceng menyampaikan bahwa angka ketidakpuasan yang mencapai 94 persen seharusnya menjadi alarm keras bagi Bupati dan Wakil Bupati untuk segera melakukan pembenahan. Menurutnya, ini mencerminkan kegagalan komunikasi maupun eksekusi program yang mampu menyentuh kebutuhan riil masyarakat.
“Polling ini memberikan gambaran bahwa masyarakat belum melihat perubahan signifikan. Ini adalah indikator awal kegagalan Hasbi-Amir dalam menjawab harapan rakyat selama 100 hari kerja mereka. Harapan yang tinggi tak diimbangi dengan capaian konkret di lapangan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Aceng juga menyoroti slogan kampanye pasangan ini, yakni RUHAY akronim dari Rukun, Unggul, Hegar, Aman, dan Yakin, yang dinilai belum terealisasi dalam bentuk nyata di masyarakat.
“Slogan RUHAY yang dulunya terdengar optimistis dan inspiratif, kini seolah kehilangan ruhnya. Alih-alih merasakan kehidupan yang lebih rukun dan unggul, sebagian masyarakat justru merasa jauh dari aspirasi yang dijanjikan,” tambahnya.
Kritik terhadap kinerja 100 hari Hasbi-Amir juga datang dari masyarakat akar rumput. Lili, seorang warga Lebak Selatan, mengungkapkan bahwa dirinya belum melihat kehadiran nyata pemimpin daerah di wilayahnya.
“Secara pribadi, saya belum merasakan dampak dari kinerja Bupati dan Wakil Bupati yang sekarang. Kalau dari janji kampanye mereka dulu, katanya akan membangun rasa kebersamaan dan hadir di tengah masyarakat. Tapi yang saya lihat, belum ada tanda-tanda kebersamaan itu terbentuk, terutama di wilayah selatan seperti tempat saya,” ujar Lili.
Ia berharap agar Bupati dan Wakil Bupati tidak hanya fokus pada wilayah perkotaan saja, tetapi juga memperhatikan wilayah pelosok seperti Lebak Selatan yang menurutnya masih tertinggal secara infrastruktur dan pelayanan publik.
“Kami butuh bukti nyata, bukan sekadar janji. Kehadiran pemimpin itu harus terasa oleh rakyatnya. Jangan sampai kami yang jauh dari pusat pemerintahan justru menjadi yang paling tidak terdengar suaranya,” tambahnya.
Polling daring dan suara masyarakat ini memperlihatkan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Hasbi-Amir masih jauh dari harapan. Meski 100 hari belum cukup untuk menyelesaikan semua persoalan daerah, namun publik berharap setidaknya ada langkah konkret dan komunikasi yang terbuka.
Sebagai pemimpin terpilih, Hasbi Jayabaya dan Amir Hamzah diharapkan segera mengevaluasi tim kerja, memperkuat dialog dengan masyarakat, dan mempercepat realisasi program prioritas. Jika tidak, ketidakpercayaan publik bisa terus meningkat dan menjadi hambatan dalam menjalankan roda pemerintahan lima tahun ke depan.